Mengikuti standar pertanian baru: Bagaimana perkembangan di Indonesia
Standar yang dikeluarkan oleh Rainforest Alliance (RA) yaitu RA Sustainable Agriculture Standard (RA SAS) 2020 telah memantik perubahan di sektor agrikultur. Parapihak terkait di Indonesia harus meningkatkan pendekatan mereka terhadap keberlanjutan jika mereka ingin memenuhi persyaratan ini. Meskipun terdapat banyak tantangan, ada indikasi bahwa pertanian di Indonesia sedang berjalan ke arah yang tepat.
Standar yang dikeluarkan oleh Rainforest Alliance (RA) yaitu RA Sustainable Agriculture Standard (RA SAS) 2020 telah memantik perubahan di sektor agrikultur. Parapihak terkait di Indonesia harus meningkatkan pendekatan mereka terhadap keberlanjutan jika mereka ingin memenuhi persyaratan ini.
Meskipun terdapat banyak tantangan, ada indikasi bahwa pertanian di Indonesia sedang berjalan ke arah yang tepat. Sejak masa transisi pada pertengahan tahun 2021, operasi pertanian di Indonesia secara bertahap telah beralih untuk mengadopsi standar RA SAS 2020, bersamaan dengan penguatan sistem dan teknologi. Artinya, akan ada pendekatan yang lebih komperhensif untuk praktik keberlanjutan dengan menggunakan perangkat digital untuk petani, wawasan kinerja yang lebih baik bagi pemegang sertifikat, tanggung jawab bersama di seluruh rantai pasokan, dan lain-lain.
Beberapa perubahan, dan aturan yang lebih ketat Pada tahun 2018, RA bergabung dengan UTZ untuk mengembangkan sistem sertifikasi pertanian yang kuat dan berorientasi pada masa depan. Langkah ini kemudian diikuti dengan adanya Program Sertifikasi pada tahun 2020, yang diresmikan sejak 1 Juli 2021. Program sertifikasi yang baru ini ditekankan pada beberapa prinsip kunci seperti perbaikan berkelanjutan, berbasis data, pendekatan kontekstual, dan tanggung jawab bersama. Secara umum, program baru ini telah menunjukan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan program yang dirilis pada tahun 2017. Program ini bertujuan untuk memastikan bahwa pertanian bersertifikat akan menjalankan praktik keberlanjutan yang lebih komperhensif di tingkat lapangan. Secara khusus, bagi pertanian di Indonesia yang sudah bersertifikat, dianjurkan untuk memberikan usaha lebih dalam mengadopsi persyaratan yang tercantum di dalam program sertifikasi 2020 ini.
Hal ini tentu saja merupakan tantangan tersendiri, dan sebuah pembelajaran penting bagi sektor yang diaudit. Namun, sektor-sektor yang diaudit tersebut menunjukkan antusiasmenya dalam meningkatkan kualitas mereka dalam memenuhi persyaratan yang disyaratkan dalam program sertifikasi ini. Masa transisi untuk program baru ini dilakukan pada masa pandemi, sehingga membutuhkan upaya dua kali lebih besar untuk semua pihak yang terlibat mulai dari sektor yang diaudit, badan sertifikasi, dan organisasi RA itu sendiri. Sebagai langkah untuk menyesuaikan skema ini, periode transisi telah diperpanjang dari Juli 2021 menjadi Juni 2023.
Peluncuran Program Sertifikasi Rainforest Alliance 2020 telah menarik minat lebih banyak lembaga sertifikasi untuk bergabung, termasuk mereka yang sebelumnya memberi sertifikasi untuk program RA atau UTZ sebelum keduanya bergabung. Sektor pertanian kini mempunyai lebih banyak pilihan dalam memilih lembaga sertifikasi yang akan mengaudit usaha mereka. “Di Indonesia, kami bangga bahwa Preferred by Nature telah mempertahankan sejumlah besar lahan pertanian untuk diaudit menggunakan program sertifikasi RA pada 2020” kata Trusti Y Widiastuti, Agriculture Regional Manager untuk Asia Pasifik dan Deputi Direktur Agrikultur di Preferred by Nature. “Pada kenyataannya, banyak yang telah kami sertifikasi selama lebih dari lima tahun ini,” tambah Trusti.
Dalam angka Sejak implementasi Program Sertifikasi Rainforest Alliance 2020, Preferred by Nature telah mengaudit lebih dari 28 ribu hektar lahan pertanian yang terdiri dari sekitar 21 ribu hektar tanaman pangan di Indonesia, berdasarkan data pada Bulan Juli 2022. “Melalui audit ini, kami telah mensertifikasi lebih dari 11 ribu petani teh, kopi, dan coklat” kata Iwan Kurniawan, Senior Agriculture Specialist di Preferred by Nature. “Program baru ini sangat memfokuskan pada aspek sosial. Terdapat persyaratan yang secara spesifik menyebutkan tentang jumlah pekerja yang diwawancara selama proses audit.
Hingga saat ini, di antara pemegang sertifikat yang telah disertifikasi, tim kami telah berinteraksi secara langsung dengan 4,058 pekerja laki-laki dan 2,700 pekerja Perempuan baik pekerja permanen maupun lepasan” jelas Iwan. Lebih dari sekedar “Standar” Program sertifikasi yang sudah dijalankan sejak tahun 2017 dan diperkuat dengan standar RA SAS pada tahun 2020 ini secara konsisten mempromosikan keamanan tempat bekerja, kesetaraan gender, dan kesejahteraan buruh terutama perihal kesesuaian upah yang layak dan perumahan. Para pekerja yang bekerja di area pertanian tersertifikasi akan selalu diingatkan untuk menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) dan mendapatkan tunjangan kesehatan serta tunjangan lainnya untuk meningkatkan kualitas hidup.
“Meskipun demikian, di beberapa perusahaan tersertifikasi di Indonesia, mereka tidak hanya memenuhi persyaratan yang disyaratkan oleh standar tetapi lebih dari itu. Kami menemukan bahwa beberapa perusahaan tersertifikasi sudah lebih jauh meningkatkan kesejahteraan karyawannya dengan menyediakan fasilitas perumahan,” ujar Iwan. Fasilitas perumahan tersebut dirawat dengan sangat baik bahkan di beberapa lokasi ada yang dijadikan tempat wisata oleh karena keunikannya.
“Beberapa fasilitas perumahan di area pertanian yang kami kunjungi telah diubah dari yang tadinya semi-permanen menjadi perumahan permanen, yang lebih bermanfaat dan aman untuk penghuninya,” lanjut Iwan menambahkan. Menurut persyaratan, area pertanian tersertifikasi wajib menjaga ekosistem sekitarnya dan mempertahankan sebagian area untuk zona konservasi. Ekosistem yang dijaga bukan hanya area berhutan tetapi juga ekosistem air seperti sungai, daerah tangkapan air, danau, sumber air, lahan basah, padang rumput, dan ekosistem alami lainnya.
“Kami melihat adanya kesadaran terkait pentingnya merawat ekosistem di area-area pertanian yang kami kunjungi. Mereka mengerti bahwa dengan terjaganya ekosistem alami, maka sumber air mereka pun ikut terjaga. Mereka juga secara rutin mengingatkan kepada staf dan pekerjanya tentang pentingnya keberadaan ekosistem alami untuk keberlanjutan operasional mereka,” jelas Iwan.
Meskipun banyak sekali tantangan yang dihadapi dalam memenuhi persyaratan standar Program Sertifikasi Rainforest Alliance 2020, pertanian di Indonesia telah membuktikan bahwa mereka siap dan berkemauan kuat untuk meningkatkan kualitas operasional mereka dalam memenuhi persyaratan standar ini. “Ini bukan suatu perjalanan yang mudah, namun progres yang kami lihat langsung di lapangan telah menunjukkan adanya indikasi bahwa upaya ini telah menuju ke arah yang tepat,” ujar Trusti. .